BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Astronomi merupakan sains kuno yang paling
lama, paling banyak dikembangkan, dan paling dihargai. Banyak sains matematis
pada awalnya dikembangkan untuk memfasilitasi riset astrorologi dan
keterpesonaan dalam pada kekuatan dan misteri langit. Pertimbangan praktis,
seperti menemukan arah seseorang dalam perjalanan malam atau memahami korelasi
antara musim s dan posisi planet, memberikan daya dorong tambahan bagi
astronomi. Orang Babilonia, Yunani, dan India menemukan system rumit bagi
kajian astronomi yang berjalan diluar pengamatan sederhana dan
dikarakterisasikan dengan berbagai tingkat ketetapan dan ketepatan matematis.
Namun demikian, sebelum islam, bangsa Arab tidak memiliki astronomi ilmiah. Pengetahuan mereka empirik, dan terbatas pada pembagian tahun dalam periode tertentu berdasar pada kemunculan dan tata letak bintang-bintang tertentu. Bidang ilmu astronomis ini dikenal sebagai anwa; hal ini terus manarik perhatian pada masa astronom Arab berikutnya setelah kemunculan islam, dan kajian tersebut menghasilkan banyak metode matematis yang digunakan oleh para astronom itu.
Ilmu Astronomi berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu atronomi yang begitu signifikan dirasakan oleh umat manusia sedunia, sebut saja orang barat menikmatinya dengan pengetahuan kompleks tentang benda langit, di samping itu mereka juga menikmati indah menjelajah luar angkasa terbang sesuka hati; lebih dari itu umat muslim juga memanfaatkan ilmu astronomi sebagai wasilah utuk menunaikan kewajiban mereka, dengan ilmu ini mereka dapat mengetahui arah kiblat di suatu tempat, kapan masuknya awal waktu shalat, awal bulan qamariah, dan gerhana.
Melihat begitu pentingnya ilmu ini, membuat perhatian banyak orang untuk mengkaji dan menelaah lebih jauh tentang perkembangan ilmu astronomi. Karena dengan mengkaji perkembangan ilmu astronomi ini kita akan mengenal siapa pencetus dan apa teorinya tentang astronomi, yang secara tidak langsung akan membuat kita termotivasi dengan para ilmuwan yang mengembangkan disiplin ilmu ini, bahkan ke depan nanti kita dapat memprediksikan bagaimana perkembangan dan pengaruh ilmu astronomi di masa mendatang.
Hal di atas inilah yang mungkin akan kita peroleh setelah mengkaji dan mempelajari tentang perkembangan ilmu astronomi dari zaman klasik hingga modern. Bertolak dari sin, saya selaku penulis akan mengupas lebih jauh tentang perkembangan ilmu ini dengan beberapa tahapan atau periode yang mencakup pencetus dan pemikirannya (teori); para pendukung-pendukungnya serta kontribusi mereka untuk khalayak banyak.
Namun demikian, sebelum islam, bangsa Arab tidak memiliki astronomi ilmiah. Pengetahuan mereka empirik, dan terbatas pada pembagian tahun dalam periode tertentu berdasar pada kemunculan dan tata letak bintang-bintang tertentu. Bidang ilmu astronomis ini dikenal sebagai anwa; hal ini terus manarik perhatian pada masa astronom Arab berikutnya setelah kemunculan islam, dan kajian tersebut menghasilkan banyak metode matematis yang digunakan oleh para astronom itu.
Ilmu Astronomi berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan ilmu atronomi yang begitu signifikan dirasakan oleh umat manusia sedunia, sebut saja orang barat menikmatinya dengan pengetahuan kompleks tentang benda langit, di samping itu mereka juga menikmati indah menjelajah luar angkasa terbang sesuka hati; lebih dari itu umat muslim juga memanfaatkan ilmu astronomi sebagai wasilah utuk menunaikan kewajiban mereka, dengan ilmu ini mereka dapat mengetahui arah kiblat di suatu tempat, kapan masuknya awal waktu shalat, awal bulan qamariah, dan gerhana.
Melihat begitu pentingnya ilmu ini, membuat perhatian banyak orang untuk mengkaji dan menelaah lebih jauh tentang perkembangan ilmu astronomi. Karena dengan mengkaji perkembangan ilmu astronomi ini kita akan mengenal siapa pencetus dan apa teorinya tentang astronomi, yang secara tidak langsung akan membuat kita termotivasi dengan para ilmuwan yang mengembangkan disiplin ilmu ini, bahkan ke depan nanti kita dapat memprediksikan bagaimana perkembangan dan pengaruh ilmu astronomi di masa mendatang.
Hal di atas inilah yang mungkin akan kita peroleh setelah mengkaji dan mempelajari tentang perkembangan ilmu astronomi dari zaman klasik hingga modern. Bertolak dari sin, saya selaku penulis akan mengupas lebih jauh tentang perkembangan ilmu ini dengan beberapa tahapan atau periode yang mencakup pencetus dan pemikirannya (teori); para pendukung-pendukungnya serta kontribusi mereka untuk khalayak banyak.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaiamana Pengertian dan Sejarah Teori dari Geosentris
dan Heliosentris?
2.
Bagaimana Perbedaan Geosentris dan Heliosentris?
3.
Bagaimana Perkembangan Ilmu Astronomi pada periode
Geosentris dan Heliosentris?
4.
Siapa sajakah tokoh-tokoh yang mendungkung teori Geosentris
dan Heliosentris?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian dan Sejarah Teori Geosentris dan
Heliosentris
1. Geosentris
Seharusnya meteri ini kami buat sebelum
materi tentang Teori Heliosentris karena sebelum munculnya teori Heliosentris
teori geosentris telah dikemukakan. Dan teori heliosentris merupakan kritikan
atas ketidak puasan terhadap isi dai teori geosentris. Akan tetapi tak apa
pembaca dapat membacanya kembali semoga bermanfaat J
Teori geosentris adalah teori yang menyatakan bahwa yang
menjadi pusat dari tata surya adalah bumi, berdasarkan dari makna secara
bahasapun demikian. Kata geosentris berasal dari kata geo yang berarti
bumi dan centre yang berarti pusat. Teori ini menolak terhadap pendapat
teori egosentries yang menyatakan bahwa manusialah yang menjadi pusat tata
surya.
Teori
geosentris menggambarkan bahwa kedudukan benda langit dalam tata surya
berpangkal di pusat bumi. Alam semesta geosentris ialah alam semesta model
Ptolomeus yang mendudukan bumi sebahgai pusat di alam semesta, Claudius
Ptolomeus (100-178 M) menjabarkan bahwa bumi berarti tengah dikelilingi delapan
lingkaran, yang membawa bulan, matahari, bintang-bintang, dan lima planet yang
diketahui saat itu : Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus.
Pemikiran tentang gerak benda langit sudah
dilakukan ratusan tahun sebelum masehi. Prosesnya dimulai sejak Anaximander
(611-546 SM) membuat model geosentris pertama dengan mengungkapkan bahwa Bumi
datar, tidak bergerak, dan dikelilingi oleh Matahari, Bulan, dan bintang-bintang
yang terletak pada kulit-kulit bola. Kemudian Phytagoras (569-475 SM), yang
mengajarkan bahwa bola adalah bentuk geometri yang paling sempurna, membuat
perubahan pada model sebelumnya dengan mengatakan bahwa bentuk Bumi adalah
bulat. Tambahan mendetail juga diberikan oleh Eudoxus (408 SM) tentang gerak
benda langit yang melingkar
Awal kemunculan teori ini dipelopori oleh Aristoteles
yang berpendapat bahwa bumi itu bulat. Aristoteles juga memberikan argumen
yaitu ketika terjadi gerhana terdapat bayang-bayang lengkung pada bulan yang
disebabkan oleh posisi bumi. Teori ini juga diperkuat oleh Hippercus (190-120
SM) dengan model tata surya ciptaannya yang berdasarkan teori geosentris.
Sebenarnya pada masa itu ada dua teori
tentang tata surya yang sangat bertentangan satu dengan lainnya, yaitu teori
yang diungkapkan oleh Aristarchus (310-230SM) yang kemudian
dikenal dengan sebutan teori heliosentris. Akan tetapi pada masa itu pendapat
dari Aristarchus tidak mendapatkan respon dari pihak gereja, yang mana pada masa
itu gerejalah yang memiliki wewenang tertinggi dalam pemerintahan.(untuk
masalah heliosentris ini telah kami bahas sebelumnya J).
Dan teori ini dipercaya sampai hamper 1400 tahun.
2. Heliosentris
Dalam astronomi, heliosentrisme adalah teori yang
berpendapat bahwa Matahari bersifat stasioner dan berada pada pusat alam
semesta. Kata
berasal dari bahasa
Yunani (ήλιος Helios = Matahari, dan κέντρον kentron = pusat). Secara historis, heliosentrisme bertentangan
dengan geosentrisme, yang menempatkan Bumi di pusat alam
semesta. Diskusi mengenai kemungkinan heliosentrisme terjadi sejak zaman
klasik.
Barulah ketika abad ke-16 dapat ditemukan suatu model matematis dapat
meramalkan secara lengkap sistem heliosentris, yaitu Nicolaus Copernicus, seorang ahli matematika dan astronom. Pada
abad berikutnya, model tersebut dijabarkan dan diperluas oleh Johannes
Kepler dan
pengamatan pendukung dengan menggunakan teleskop diberikan oleh Galileo
Galilei.
Tetapi pada masa Reinensans, banyak yang tidak percaya.
Akhirnya
pada tahun 1543 teori geosentris dipatahkan oleh teori heliosentris yang
diajukan oleh Nicolaus Copernicus. Dalam teori heliosentris, mataharilah
sebagai pusat tata surya. Matahari dikelilingi oleh planet-planet, asteroid,
komet, dan meteorid.
Dalam model heliosentris Copernicus, Matahari dianggap berada pada pusat alam semesta, bintang-bintang terletak pada bulatan angkasa dan berputar mengelilingi Matahari. Diantara Bintang-bintang dan Matahari terdapat planet-planet termasuk Bumi yang berputar mengelilingi Matahari dalam masing-masing orbitnya dengan lintasan orbit berbentuk lingkaran. Gerak mundur semu dalam peredaran planet-planet yang sulit dijelaskan oleh model geosentris, dapat dijelaskan dengan mudah dalam model heliosentris, dengan menggunakan konsep gerak relatif antara Bumi dan planet-planet lain yang bergerak disekitar Matahari dengan kecepatan sudut putar yang berbeda-beda. Namun model heliosentris Copernicus memiliki beberapa kelemahan, yaitu bintang-bintang tidak berputar mengelilingi matahari dan planet-planet tidak bergerak mengelilingi matahari dengan lintasan yang berupa lingkaran. Selanjutnya model ini disempurnakan oleh Johannes Kepler, dan melahirkan hukum 1 Kepler, hukum II Kepler, dan hukum III Kepler.
Dalam model heliosentris Copernicus, Matahari dianggap berada pada pusat alam semesta, bintang-bintang terletak pada bulatan angkasa dan berputar mengelilingi Matahari. Diantara Bintang-bintang dan Matahari terdapat planet-planet termasuk Bumi yang berputar mengelilingi Matahari dalam masing-masing orbitnya dengan lintasan orbit berbentuk lingkaran. Gerak mundur semu dalam peredaran planet-planet yang sulit dijelaskan oleh model geosentris, dapat dijelaskan dengan mudah dalam model heliosentris, dengan menggunakan konsep gerak relatif antara Bumi dan planet-planet lain yang bergerak disekitar Matahari dengan kecepatan sudut putar yang berbeda-beda. Namun model heliosentris Copernicus memiliki beberapa kelemahan, yaitu bintang-bintang tidak berputar mengelilingi matahari dan planet-planet tidak bergerak mengelilingi matahari dengan lintasan yang berupa lingkaran. Selanjutnya model ini disempurnakan oleh Johannes Kepler, dan melahirkan hukum 1 Kepler, hukum II Kepler, dan hukum III Kepler.
Cara kerja konsep Heliosentris
Konsep
heliosentris melahirkan hukum-hukum yang dicetuskan oleh Johannes Kepler,
yaitu:
Hukum I
Kepler
Persamaan elips dari hukum pertama Kepler dirumuskan seperti berikut :
dimana e adalah eksentrisitas yang merupakan perbandingan antara jarak dua fokus dengan diameter panjang elips. Nilai eksentrisitas menentukan bentuk elips apakah makin lonjong atau makin mendekati bentuk lingkaran. Jika e = 0, maka orbit planet akan berupa lingkaran. Eksentrisitas bumi, ebumi = 0,017, hampir mendekati nol, jadi orbit bumi hampir mendekati lingkaran. Akibat lintasan orbit planet berbentuk elips, maka selama suatu planet bergerak mengelilingi matahari menempuh satu putaran penuh yang disebut satu tahun pleneter, jarak antara planet tersebut dengan Matahari akan selalu berubah-ubah. Titik pada lintasan orbit planet yang menandai posisi paling dekat planet ke Matahari disebut perihelium. Sedangkan titik pada lintasan orbit Planet yang menandai posisi paling jauh Planet ke Matahari disebut aphelium. Arah rotasi planet-planet dalam arah berlawanan dengan arah putar jarum jam, kecuali untuk planet Venus dan Uranus. Para astronom menetapkan arah putar berlawanan dengan arah putar jarum jam sebagai gerak langsung (direct), sedangkan arah putar searah dengan arah putaran jarum jam disebut gerak balik (retroge).
Hukum II Kepler
Hukum
kedua Kepler yang disebut juga sebagai hukum kesamaan luas yang dipublikasikan
pada tahun 1609, menyatakan bahwa luas (S) yang disapu oleh garis penghubung
antara planet dan Matahari dalam selang waktu (t) yang sama adalah sama (S1 =
S2 = S3), seperti ditunjukkan pada gambar.
Hukum ini secara tidak langsung menyatakan bahwa kecepatan orbit suatu Planet mengitari matahari tidaklah konstan (uniform) melainkan berubah-ubah. Planet akan bergerak lebih cepat dalam orbitnya ketika berada pada daerah yang dekat dengan matahari, dan akan bergerak lebih lambat dalam orbitnya ketika berada pada daerah yang jauh dari matahari. Kecepatan orbit Planet berbanding terbalik dengan jaraknya terhadap matahari. Dalam notasi matematis , hukum ini dapat dirumuskan sebagai:
dengan C adalah konstanta. Persamaan ini dapat dibaca laju perubahan luas yang disapu garis penghubung planet-Matahari terhadap waktu adalah tetap, S1 = S2 = S3. Hukum kesamaan luas ini terbentuk sebagai konsekuensi dari adanya kekekalan momentum sudut dari planet-planet ketika berputar mengelilingi Matahari. Jika momentum sudut suatu planet yang mengitari matahari adalah kekal, maka planet harus bergerak lebih cepat bila dekat dengan matahari, dan bergerak lebih lambat jika berada jauh dari Matahari. Planet-planet yang berputar mengelilingi Matahari memiliki momentum sudut yang tetap, karena tidak ada gaya yang bekerja dalam arah geraknya. Gaya tarik matahari arahnya membentuk sudut 〖90〗^o terhadap arah gerak Planet
Hukum ini secara tidak langsung menyatakan bahwa kecepatan orbit suatu Planet mengitari matahari tidaklah konstan (uniform) melainkan berubah-ubah. Planet akan bergerak lebih cepat dalam orbitnya ketika berada pada daerah yang dekat dengan matahari, dan akan bergerak lebih lambat dalam orbitnya ketika berada pada daerah yang jauh dari matahari. Kecepatan orbit Planet berbanding terbalik dengan jaraknya terhadap matahari. Dalam notasi matematis , hukum ini dapat dirumuskan sebagai:
dengan C adalah konstanta. Persamaan ini dapat dibaca laju perubahan luas yang disapu garis penghubung planet-Matahari terhadap waktu adalah tetap, S1 = S2 = S3. Hukum kesamaan luas ini terbentuk sebagai konsekuensi dari adanya kekekalan momentum sudut dari planet-planet ketika berputar mengelilingi Matahari. Jika momentum sudut suatu planet yang mengitari matahari adalah kekal, maka planet harus bergerak lebih cepat bila dekat dengan matahari, dan bergerak lebih lambat jika berada jauh dari Matahari. Planet-planet yang berputar mengelilingi Matahari memiliki momentum sudut yang tetap, karena tidak ada gaya yang bekerja dalam arah geraknya. Gaya tarik matahari arahnya membentuk sudut 〖90〗^o terhadap arah gerak Planet
Hukum III Kepler.
Hukum
ketiga Kepler yang disebut juga sebagai hukum harmonik yang dipublikasikan pada
tahun 1618, menyatakan bahwa perbandingan kuadrat periode revolusi (T2)
terhadap pangkat tiga dari jarak rata-rata planet ke Matahari (jari-jari elips
= R3) adalah sama untuk semua planet. Secara matematika, pernyataan tersebut
dapat dirumuskan seperti berikut :
Disini C adalah suatu konstanta yang memiliki nilai yang sama untuk semua Planet. Hukum ini secara eksplisit menyatakan hubungan antara periode revolusi suatu Planet dengan jaraknya terhadap matahari. Makin jauh jarak Planet ke matahari (makin besar diameter orbit Planet), makin lama periode revolusinya. Planet yang memiliki diameter orbit paling kecil adalah Merkurius dan yang paling besar adalah Pluto. Jika Bumi dijadikan sebagai acuan, dimana jarak antara Bumi dan Matahari adalah sekitar 150 x 106 km yang disebut sebagai 1 SA, dan periode revolusi Bumi adalah 1 tahun, maka konstanta C = 1, dan persamaan hukum ketiga Kepler menjadi :
disini R adalah jarak rata-rata Planet ke Matahari dalam satuan SA dan T adalah periode revolusi planet dalam satuan tahun. Jarak rata-rata setiap Planet ke Matahari dan periode revolusinya dirangkumkan dalam tabel.
B. Perbedaan Teori Geosentris dan Heliosentris
Sejak lama manusia mempelajari
tentang peredaran benda-benda langit di alam semesta ini. Sudah banyak
ahli-ahli astronomi mengemukakan pendapatnya mengenai hukum-hukum yang berlaku
tentang benda-benda langit. Sampai saat ini terdapat 2
pandangan utama yang menjadi pusat perhatian dan masih diperdebatkan mengenai
konsep peredaran benda langit yaitu pandangan geosentris dan heliosentris.
1. Geosentris
Pandangan geosentris memandang bahwa
bumi adalah pusat dari alam semesta atau tata surya. Pandangan ini berkembang
pada sekitar 600 tahun sebelum masehi. Geosentris diyakini oleh beberapa filsuf
seperti Amaximandaros, Aristoteles, Hipparchus dan puncaknya yaitu Ptolomeus
yang membuat peta benda langit dalam buku Almagest. Ia berpandangan bahwa bumi
adalah diam dan benda langit lain bergerak mengitari bumi berdasarkan
pengamatan matahari yang terbit dari timur dan tenggelam di barat. Paham
tersebut disetujui oleh beberapa kalangan pada masa itu.
2. Heliosentris
Pandangan heliosentris memandang
bahwa matahari adalah pusat peredaran benda langit. Teori ini dipopulerkan oleh
Nicolas Copernicus, seorang astronom asal Polandia. Heliosentris meyakini bahwa
matahari adalah pusat tata surya dan benda langit lain berputar mengelilingi
matahari. Pengakuan pandangan ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan
oleh Galileo alilei tentnag mekanika gerak planet dan yang terakhir Johannes
Kepler menghasilkan 3 hukum kepler yang berkaitan dengan peredaran planet di
tata surya.
Hingga saat ini perdebatan mengenai
teori tersebut masih panas. Semua berpedoman pada pola pikir masing-masing
individu. Ada yang mengutarakan bahwa geosentris adalah yang paling benar
karena berdasarkan Al Quran bumi adalah satu-satunya planet yang didiami oleh
mahluk hidup termasuk manusia sebagai khalifahnya. Jadi pusat semua aktivitas
adalah bumi.
C. Perkembangan Ilmu Astronomi Pada Periode Geoesntris dan
Heliosentris
1. Perkembangan Ilmu Astronimi Pada Periode Geosentris
Embrio teori Geosentris
dimulai sejak zaman Aristoteles (384-322) yang menyatakan bahwa bumi itu bulat,
dengan menunjukkan argument ketika terjadi proses gerhana terdapat
baying-bayang lengkung pada bulan yang disebabkan oleh posisi bumi. Ia juga
berpendapat bahwa pusat jagat raya adalah bumi. Sehingga semua benda-benda
langit bergerak mengitari bumi.
Sekitar tahun 150 M, di
Alexandria hiduplah seorang astronom Mesir bernama Ptolomeus. Ia merupakan
peneliti ahli dan menjadi popular karena ensiklopedia yang disusunnya, yang
berisi semua pengetahuan sains dari dunia kuno. Kita mengenalnya dengan
almagest. Selain memberikan satu-satunya catatan catalog bintang Hipparchus,
buku ini juga menimpulkan pandangan klasik bumi sebagai pusat alam semesta.
Konsep ini dikenal dengan konsep alam semesta Ptolomeus.
Sejarah sosial teori geosentris yang menyangkut dinamikanya di tengah-tengah dominasi gereja pada kurun abad 3-16, yang mampu menghasilkan tipologi tersebut sehingga dapat diterima pada ranah pmahaman manusia mengenai konsep alam semesta. Dilihat dari suasana pada kuru waktu tersebut, keberadaan dewan gereja memiliki otoritas penuh dalam menentukan segala kebijakan, apalagi yang berkaitan dengan deologi. Pada abad pertengahan sekitar abad 12 s/d a5 orang-orang eropa barat sanagat mendukung Aristoteles. Sehingga Aristoteles dianggap mutlak benar.
Lalu muncul pertanayaan Aristoteles yang menyatakan pusat alam semesta. Pendapat Aristoteles ini berdasarkan keterangan ayat Yoshua 10:12a-13, yaitu “matahari, berhentilah di atas gabeon dan engkau, bulan di atas lemabh Ayalon!”. Maka berhentilah matahari dan bulan itu bergerak, oleh dewan gereja pernyataan ini didukung sepenuhnya karena sesuai dengan apa yang tertera dalam Yosua, dan dijadikan pegangan oleh rakyat awam pada umumnya. Sehingga teori Geosentris dianggap mutlak benar pada saat itu.
Sejarah sosial teori geosentris yang menyangkut dinamikanya di tengah-tengah dominasi gereja pada kurun abad 3-16, yang mampu menghasilkan tipologi tersebut sehingga dapat diterima pada ranah pmahaman manusia mengenai konsep alam semesta. Dilihat dari suasana pada kuru waktu tersebut, keberadaan dewan gereja memiliki otoritas penuh dalam menentukan segala kebijakan, apalagi yang berkaitan dengan deologi. Pada abad pertengahan sekitar abad 12 s/d a5 orang-orang eropa barat sanagat mendukung Aristoteles. Sehingga Aristoteles dianggap mutlak benar.
Lalu muncul pertanayaan Aristoteles yang menyatakan pusat alam semesta. Pendapat Aristoteles ini berdasarkan keterangan ayat Yoshua 10:12a-13, yaitu “matahari, berhentilah di atas gabeon dan engkau, bulan di atas lemabh Ayalon!”. Maka berhentilah matahari dan bulan itu bergerak, oleh dewan gereja pernyataan ini didukung sepenuhnya karena sesuai dengan apa yang tertera dalam Yosua, dan dijadikan pegangan oleh rakyat awam pada umumnya. Sehingga teori Geosentris dianggap mutlak benar pada saat itu.
Bangsa Eropa barat pada
abad XIII M, tengah dilanda tumbuhnya isme-isme baru seperti humanisme,
rasionalisme, renaisainsme sebagai reaksi adri filsafat skolastik di masa itu,
dimana orang dilarang menggunakan rasio atau faham yang kontaradiktif dengan
pemahaman gereja.
Pemikiran yang dianggap
melanggar agama oleh gereja, memungkinkan si penggagas dapat dihukum denagn
dsiksa bahkan dihukum mati. Seperti yang dialami oleh Giardono Bruno
(1548-1600), salah seorang pendukung idea lam semesta Nicolas Copernicus dengan
Teori Heliosentris. Ia ditangkap dan disiksa oleh deawan Inquisasi Gereja, dan
akhirnya dihukum mati di tiang pembakaran di Roma pada bulan februari 1600.
sehingga teori Geosentris ini terus berkembang dan mengakar sebelum akhirnya
dipatahkan oleh teori Heliosentris
2.
Pencetus,
tokoh Pendukung Teori Geosentris dan karya-karyanya:
1. Aristoteles
(384-322)
Seorang ahli filsafat
terbesar sepanjang masa. Dikenal dengan bapak peradaban baru, bapak
ensiklopedi, bapak ilmu pengetahuan, dan berbagi julukan lain yang disematkan
kepadanya. Tokoh ilmu logika, biologo, fisiks, matematika, botani, kimia,
anatomi, zoology. Dia juga seorang pengarag produktif yang telah mengarang
lebih Dari 50 buku., disertai dengan uraian-uraian yang sisematis.
2. Claudius
Ptolomeus (140 SM)
Seorang ahli Geografi
dan astrologi. Pendukung teori yang dikemukakan oleh aristoteles, kemudian
menyempurnakan dan mempopulerkannya hingga namanya lebih dikenal di dunia. Dia
juga seorang pengarang beberapa risalah astronomi , dimana risalah-risalah yang
dikarangnya tersebut banyak diadopsi oleh ilmuwan-ilmuwan setelahnya.
Karya-karyanya adalah: syntasis, Geografia, Tetrabiblos.
3. Hipparchus
(150 SM)
Seorang berkebangsaan
Yunani yang juga hali dalam bidang asronomi, dia termasuk salah satu pendukung
teori Geosentris. Karya-karya yang ia temukan adalah menyusun gambaran baku
alam semesta dan menyusun katalog bintang-bintang yang ditulis dalam bukunya yang
berjudul “introduction to astronomy”
4. Abu
Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi (780-875 M)
Ia sangat disegani oleh
dunia, karena pengetahuan dan kemahirannya bukan saja di bidang syariat tapi
juga ahli dalam bidang filsafat, logik, aritmetik, geometri, musik, sastra,
sejarah islam dan kimia. Kontribusi beliau dalam ilmu pengetahuan antara lain:
menemukan angka 0 (nol) dalam system perhitungan, menyusun table geometri,
menemukan teori kemiringan ekliptika, merevisi data astronomi dalam kitab
sindihid, menciptakan pemakaian sinus, cosinus, dan tangent dalam penyelidikan
trigonometri dan astronomi dan penyelesaian persamaan, teorema segitiga, sama
sisi juga segitiga sama kaki dan memperkirakan luas segitiga, segi empat dan
bulatan dalam geometria, memperkenalkan aljabar dan hisab. Karya beliau adalah
kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa al-muqabalah.
5. Nasiruddin
Muhammad al-Thusi (598-673 H/ 1201-1274 M)
Al-Thusi juga ahli
dalam bidang astronomi, teologi, etika, dan filsafat masih dipelajari hingga kini
sbagaimana juga terhadap karya-karya Ibn Sina, sehingga banyak yang
menjulukinya Ibn Sina kedua.
Di antara karya-karyanya adalah Meneliti lintasan, ukuran, jarak planet merkurius; meneliti terbit dan terbenam matahari; menemukan ukuran dan jarak matahari dengan bulan; meneliti kenaiakan bintang-bintang; menemukan teori gerak planet. ia juga menulis buku: Jadwal al-Kaniyan, Zubdah al-hai’ah.
Di antara karya-karyanya adalah Meneliti lintasan, ukuran, jarak planet merkurius; meneliti terbit dan terbenam matahari; menemukan ukuran dan jarak matahari dengan bulan; meneliti kenaiakan bintang-bintang; menemukan teori gerak planet. ia juga menulis buku: Jadwal al-Kaniyan, Zubdah al-hai’ah.
6. Ibnu
Jabr al-Battani (858-929 M)
Salah seorang ahli
astronomi dan matematika yang bergitu dikenal luas di dunia ilmu pengetahuan.
Kontribusinya dalam di bidang ilmu pengetahuan adalah menciptakan teropong
bintang; menemukan teori mengenai garis lengkung bulan dan matahari yang
diaplikasikan dalam menentukan gerak akselerasi bulan; menemukan bahwa
kemiringan ekliptik, panjangnya musim, dan orbit matahari; menemukan orbit
bulan dan planet; menetapkan teori baru untuk menentukan sebuah kondisi
kemungkinan terlihatnya bulan baru; menemukan perhitungan secara akurat
revolusi bumi terhadap matahari. Adapun buku-buku yang ia tulis antara lain:
Tabriel al-Maghesti; Tahmid al-Mustofa li Ma’na al-Manar.
7. Al-Farghany
Salah satu ilmuwan
muslim yang berhasil menorehkan prestasi dalam dunia astronomi adalah
Abul-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Ia adalah salah satu
astrono yang hidup pada masa pemerintahan khalifah Al-Makmun pada abad IX dan
menjadi orang kepercayaan.
Kontribusinya dalam ilmu pengetahuan antara lain: menemukan jarak dan diameter planet-planet lainnya; menentukan besarnya diameter bumi yang mencapai 6.500 mil; mampu meneropong bintang-bintang.
Kontribusinya dalam ilmu pengetahuan antara lain: menemukan jarak dan diameter planet-planet lainnya; menentukan besarnya diameter bumi yang mencapai 6.500 mil; mampu meneropong bintang-bintang.
3. Perkembangan Ilmu Astronimi Pada Periode Heliosentris
Pengamatan tentang
fenomena langit telah dilakukan sejak zaman kuno oleh orang-orang Cina,
Mesopotamia, dan Mesir. Akan tetapi pengetahuan mengenai fenomena langit
dijadikan sebuah ilmu baru terwujud dan berkembang pada zaman Yunani sekitar
abad VI dengan nama ilmu astronomi.
Babak astronomi Yunani
dimulai oleh Thales pada abad VI SM yang berpendapat bahwa bumi berbentuk
datar. Walaupun pada abad yang sama ada seorang ilmuwan yang mengetahui bahwa
bumi berbentuk bulat (phytagoras). Akan tetapi terobosan terpenting pertama
dalam astronomi dilakukan oleh Aristoteles dua abad kemudian. Dia
mengekemukakan bahwa bumi berbentuk bulat bundar dengan didukung sejumlah bukti
ilmiah. Ia juga berpendapat bahwa pusat jagat raya ini adalah bumi, sementara
bumi selalu dalam keadaan tenang, tidak bergerak, dan tidak berputar. Pandangan
ini disebut dengan teori geosentris.
Terobosan kedua hampir
dilakukan oleh Aristarcus pada abad III SM jika dia mempunyai cukup banyak
pendukung. Aristarcus tidak hanya berpendapat bahwa bumi bukanlah pusat alam
semesta (geosentris). Akan tetapi dia juga menyatakan bahwa bumi berputar dan beredar
mengelilingin matahari yang merupakan pusat gerak langit (heliosentris). Inilah
awal munculnya teori heliosentris. Sehingga orang pertama kali mengekemukakan
teori heliosentris sebenarnya adalah Aristarcus. Namun teori ini tidak mendapat
posisi keilmuwan pada zaman itu yang disebabkan oleh kurangnya pendukung.
Zaman astronomi klasik
Yunani ditutup oleh Hipparchus pada abad I SM yang menyatakan bahwa bumi itu
diam. Sedangkan matahari, bulan, serta planet-planet mengelilingi bumi
(geosentris). System geosentris ini disampaikan oleh plotomeus pada abad II M
yang lebih dikenal dengan system ptolomeus. Dengan berbekal pengalaman dan
pengetahuan, dia menyusun buku besar tentang ilmu bintang-bintang yang berjudul
syntatis. Pandangan ptolomeus (geosentris) berlaku selama lebih dari tiga belas
abad.
Pada abad III M, ada
seorang pengembara India yang menyerahkan sebuah data astronomi dengan judul
Shindind atau sidhanta kepada kerajaan islam di bagdad, kemudian buku ini
diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh al-fazari, sehingga tidak mengherankan
jika sekitar aba IX M (300 tahun setelah wafatnya Nabi), Negara-negara islam
telah memiliki kebudayaan dan pengetahuan yang tiinggi. Banyak ilmuwan dengan
hasil karyanya yang gemilang tertumpuk di perpustakaan-perpustakaan Negara
islam termasuk hal-hal yang berhubungan dengan astronomi.
Sekalipun ilmu falak dalam peradaban islam sudah cukup maju, namun yang perlu dicatat adalah bahwa pandangan terhadap alam secara umum masih mengikuti pandangan geosentris. Di abad yang sama, juga muncul tokoh islam yang menganggap bahwasanya teori geosentris tidak masuk akal. Ia adalah Abu Raihan Al-Biruni. Ia merupakan orang yang pertama kali menolak teori ptolomeus. Sekitar abad XIV juga muncul tokoh islam yang merombak habis teori Geosentris Ptolomeus. Ia adalah Ibnu Shatir dalam bukunya yang berjudul “Nihayat al-Sulfi Tashih al-Ushul”
Walaupun ada beberapa tokoh yang menentang teori ptolomeus, namun sebenarnya lebih dari tiga belas abad konsep geosentris diterima oleh masyarakat dunia. Baru pada tahun 1512 M (abad XVI), Copernicus membuka sejarah baru dengan mengekemukakan bahwa planet dan bintang mengelilingi matahari dengan orbit lingkaran (Heliosentris). Mulai abad inilah teori Heliosentris diterima oleh masyarakat dunia. Walaupun sejak Copernicus mengekemukakan pandangan heliosentrisnya muncul dua aliran, yaitu aliran Ptolomeus (Geosentris) dan aliran Copernicus (Heliosentris). Namun teori Heliosentris senantiasa berkebang sesuai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan lahirnya tokoh-tokoh pendukung teori ini, yaitu Johannes Kepler, Galileo Galilei, dan Sir Isac Newton dengan penemuan-penemuanya.
Sekalipun ilmu falak dalam peradaban islam sudah cukup maju, namun yang perlu dicatat adalah bahwa pandangan terhadap alam secara umum masih mengikuti pandangan geosentris. Di abad yang sama, juga muncul tokoh islam yang menganggap bahwasanya teori geosentris tidak masuk akal. Ia adalah Abu Raihan Al-Biruni. Ia merupakan orang yang pertama kali menolak teori ptolomeus. Sekitar abad XIV juga muncul tokoh islam yang merombak habis teori Geosentris Ptolomeus. Ia adalah Ibnu Shatir dalam bukunya yang berjudul “Nihayat al-Sulfi Tashih al-Ushul”
Walaupun ada beberapa tokoh yang menentang teori ptolomeus, namun sebenarnya lebih dari tiga belas abad konsep geosentris diterima oleh masyarakat dunia. Baru pada tahun 1512 M (abad XVI), Copernicus membuka sejarah baru dengan mengekemukakan bahwa planet dan bintang mengelilingi matahari dengan orbit lingkaran (Heliosentris). Mulai abad inilah teori Heliosentris diterima oleh masyarakat dunia. Walaupun sejak Copernicus mengekemukakan pandangan heliosentrisnya muncul dua aliran, yaitu aliran Ptolomeus (Geosentris) dan aliran Copernicus (Heliosentris). Namun teori Heliosentris senantiasa berkebang sesuai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan lahirnya tokoh-tokoh pendukung teori ini, yaitu Johannes Kepler, Galileo Galilei, dan Sir Isac Newton dengan penemuan-penemuanya.
4. Tokoh-Tokoh Dan Pendukung Teori
Heliosentris Beserta Peranannya :
1. Di
antara Tokoh-tokoh yang mendukung teori heliosentris sentries adalah:
Aristarcus (abad III SM)
Aristarcus (abad III SM)
Aristarcus merupakan
seorang ahli astronomi klasik Yunani pertama yang tidak setuju dengan pendapat
Aristoteles tentang teori geosentrisnya pada abad III SM. Ia berpendapat bahwa
bumi bukalah pusat alam semesta (Geosentris), akan tetapi, bumi itu berputar
dan beredar mengelilingi langit.
2. Nicolas
Copernicus (1473-1543)
Nicolas Copernicus
adalah ahli astronomi amatir dari polandia yang menentang pandangan Geosentris
dari Ptolomeus. Ia mengekemukakan dalam bukunya “Revolutionibus Orbium
Calestium” bahwa matahari merupakan pusat dari suatu system peredaran
benda-benda langit, yang dikenal dengan Heliosentris yakni senagi pusat
peredaran bumi dan benda-benda langit lain yang menjadi anggotanya.
Selanjutnya dikemukakan
pula bahwa bumi berputar pada sumbunya (rotasi) Sekali dalam satu hari dan
bulan pun bergerak mengitari bumi dalam 27 1/3 hari untuk sekali putaran. Sejak
Copernicus mengumumkan pandangan heliosentrisnya, maka dalam dunia astronomi
sampai abad 18 M ada dua aliran yaitu aliran Ptolomeus dan aliran Copernicus.
3. Galileo
Galilei (1564-1642)
Setelah Galileo membaca
karya Copernicus tentang gerak benda-benda langit, kemudian ia menyusun teori
kinematika tentang benda-benda langit yang sejalan dengan Copernicus.
Di samping itu ia
berhasil membuat teleskop yang dapat dengan mudah dan jelas melihat relief
permukaan bulan, noda-noda matahari, planet saturnus dengan cincinnya yang
indah, planet Yupiter dengan empat buah satelitnya, dan sebagainya.
Karya Galileo tentang peredaran benda-benda langit seperti itu dinyatakan terlarang untuk dibaca umum, karena bertentangan dengan pandangan dan kepercayaan kaum gereja.
Karya Galileo tentang peredaran benda-benda langit seperti itu dinyatakan terlarang untuk dibaca umum, karena bertentangan dengan pandangan dan kepercayaan kaum gereja.
4. Johannes
Kepler (1571-1630)
Kepler adalah seorang
yang berkebangsaan Jerman, dengan tidak kenal lelah ia selalu mengadakan
penelitian benda-benda langit. Ia memperluas dan menyempurnakan ajaran
Copernicus. Teori-teori yang ia kemukakan dilandasi matematika yang kuat, ia
menjadi landasan dalam ilmu astronomi. Tiga hokum itu adalah:
• Lintasan planet menyerupai ellips
dengan matahari pada salah satu titik apinya.
• Garis hubung planet matahari akan menyapu daerah yang sama luasnya dalam
• Garis hubung planet matahari akan menyapu daerah yang sama luasnya dalam
selang waktu yang sama panjangnya.
• Pangkat dua kala edar planet sebanding dengan pangkat tiga jarak planet ke matahari.
• Pangkat dua kala edar planet sebanding dengan pangkat tiga jarak planet ke matahari.
5. Tycho
Brahe (1546-1601)
Tycho Brahe ahli
astronomi berkebangsaan Denmark, banyak merancang dan membangun alat-alat
astronomi yang besar yang belum pernah dibangun orang sebelumnya. Pada tahun
1576 ia membangun sebuah observatorium dan bekerja di dalamnya selama 21 tahun,
banyak data penting tentang alam semesta yang dicatatnya ternyata sangat
berfaedah untuk ilmu astronomi pada masa kemudian. Konsep Tycho Brahe
sebetulnya berusaha menggabungkan system Plotomeus dan Copernicus dengan pusat
jagat raya tetap di bumi.
6. Sir
Isac Newton (1643-1722)
Ia adalah fisikawan,
matematikawan, ahli astronomi dan juga ahli kimia yang berasal dari inggris. Ia
merupakan pengikut aliran heliosentris dan ilmuwan yang sangat berpengaruh
sepanjang sejarah. Bahkan dikatakan sebagai Bapak ilmu Fisika Modern. Dengan
hasil karya ilmiah yang dicapainya, Newton berhasil menulis sebuah buku yang
berjudul “Philosophiae Naturalis Pricipia Mathematika”.Kontribusi terbesarnya
bagi astronomi adalah hokum grvitasi yang membuktikan bahwa gaya antara dua
benda sebanding dengan massa masing-masing objek dan berbanding tebalik dengan
kuadrat jarak antara kedua benda. Hokum gravitasi Newton memberi penjelasan
fisis bagi hokum kepler yang dikemukakan sebelumnya berdasarkan hasil
pengamatan, hasil pekerjaannya dipublikasikan dalam Principia yang ia tulis
selama 15 tahun.
Teori Newton menjadi dasar bagi berbagai teori pembentukan tata surya yang lahir kemudian, yang pasti, bumi mengelilingi matahari bukan sekedar teori asal jadi, tetapi konsekuensi hokum gravitasi.
Teori Newton menjadi dasar bagi berbagai teori pembentukan tata surya yang lahir kemudian, yang pasti, bumi mengelilingi matahari bukan sekedar teori asal jadi, tetapi konsekuensi hokum gravitasi.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu
astronomi merupakan ilmu matematis yang paling cepat perkembangannya. Ilmu ini
pertama kali muncul embrionya pada zaman Nabi Idris As, beliau jugalah orang
yang pertama kali memperhatikan fenomena langit. Baru setelah zaman Babilonia
(kaum Sumeria), Yunani kuno pada masa sebelum masehi ilmu astronomi mulai
mengalami perkembangan.
Dan
dalam sejarahnya ilmu astronomi menjadi beberapa aliran, yaitu aliran Ptolomeus
dan aliran Copernicus. Sehingga pada masa setelahnya banyak ilmuwan yang lahir
yang berupaya untuk mencari suatu kebenaran tentang apakah bumi yang menjadi
pusat alam semesta ataukah matahari, wal-hasil kita adapat menemukan
jawabannya, yaitu yang menjadi pusat tata surya adalah matahari. Dengan system
Copernicus inilah pergerakan benda-benda langit dapat diprediksi dengan mudah
dan akurat. Dan system Copernicus inlah yang menjadi pegangan para ilmuwan
muslim dan barat sekarang.
DAFTAR
PUSTAKA
A.Hasyimy, Sejarah Kebudayaan Islam, cet V, Jakarta
: Bulan Bintang, 1995
Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak: Dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Buana Pustaka, 2004.
Endarto, Danang, Pengantar Kosmografi, Surakarta : LPP UNS dan UNS Press, cet. I, 2005.
Esposito, John L. (Ed), Sains Sains Islam, Depok : Inisiasi Press, cet. I. 2004.
Baiquni Ahmad, Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi. Cet. IV Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1996.
Susiknan, Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, (Yogyakarta : Buana Pustaka) Cet II. 2008.
Al-Jailani, Zubair Umar, Al-Khulasah Al-Wafiyah, Kudus : Menara Kudus, t.th.
Hafez, Kumpulan Ilmu Islam, Era Muslim, 14 Maret 2005.
Kerrod, Robbin, Astronomi. Jakarta : Erlangga. 2005.
Izzuddin, Ahmad, Fiqh Hisab Rukyah, Jakarta : Erlangga. 2007. .
http://www.berpendidikan.com/2015/10/pengertian-teori-tata-surya-heliosentris-dan-geosentris.html
Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak: Dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Buana Pustaka, 2004.
Endarto, Danang, Pengantar Kosmografi, Surakarta : LPP UNS dan UNS Press, cet. I, 2005.
Esposito, John L. (Ed), Sains Sains Islam, Depok : Inisiasi Press, cet. I. 2004.
Baiquni Ahmad, Al-Qur’an Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi. Cet. IV Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1996.
Susiknan, Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, (Yogyakarta : Buana Pustaka) Cet II. 2008.
Al-Jailani, Zubair Umar, Al-Khulasah Al-Wafiyah, Kudus : Menara Kudus, t.th.
Hafez, Kumpulan Ilmu Islam, Era Muslim, 14 Maret 2005.
Kerrod, Robbin, Astronomi. Jakarta : Erlangga. 2005.
Izzuddin, Ahmad, Fiqh Hisab Rukyah, Jakarta : Erlangga. 2007. .
http://www.berpendidikan.com/2015/10/pengertian-teori-tata-surya-heliosentris-dan-geosentris.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar